PENEMUAN BARU ANGGREK KUKU MACAN: DISEBUT YANG PALING INDAH DI INDONESIA
PENEMUAN BARU ANGGREK KUKU MACAN: DISEBUT YANG PALING INDAH DI INDONESIA
Para peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kembali mencetak prestasi dengan penemuan spesies baru bunga anggrek endemik Sulawesi. Penemuan ini diidentifikasi oleh Destario Metusala, dan telah dipublikasikan dalam Edinburgh Journal of Botany pada edisi 29 Mei 2024. Anggrek tersebut dinamai Aerides obyrneana, atau dikenal dengan nama lokal “anggrek kuku macan”. Sejak penemuannya, anggrek ini disebut-sebut sebagai spesies anggrek paling indah di Indonesia.
Nama spesies baru ini, Aerides obyrneana, diambil dari nama Peter O’Byrne, seorang pakar anggrek yang telah banyak berkontribusi pada taksonomi anggrek di kawasan Asia Tenggara, khususnya di Sulawesi. Penemuan ini tidak hanya menambah kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia, tetapi juga menghormati peran besar para ahli yang telah memberikan sumbangsih bagi penelitian anggrek di wilayah ini.
Anggrek Aerides obyrneana diberi nama lokal “kuku macan” karena bentuk dagu bunganya yang menyerupai kuku macan—runcing dan meliuk. Anggrek ini memiliki penampilan yang sangat memikat, dengan kombinasi warna unik yang jarang ditemukan dalam genus Aerides. Bunganya didominasi oleh warna putih keunguan dengan bibir bunga yang berwarna kuning cerah kehijauan, menciptakan perpaduan warna yang memukau dan menarik perhatian pecinta tanaman hias.
Sebelum penemuan spesies ini, Indonesia telah memiliki lima spesies anggrek dari genus Aerides. Beberapa di antaranya termasuk Aerides odorata, yang tersebar luas di berbagai pulau di Indonesia seperti Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi, serta Aerides timorana, spesies endemik dari kawasan Nusa Tenggara. Tiga spesies lainnya, yakni Aerides huttonii, Aerides inflexa, dan Aerides thibautiana, juga endemik dari Sulawesi. Dengan hadirnya Aerides obyrneana, kekayaan anggrek Indonesia semakin bertambah.
Habitat dan Karakteristik Spesies Baru
Anggrek kuku macan hidup secara epifit, yang berarti tumbuh menempel pada batang pepohonan tanpa merugikan pohon inangnya. Spesies ini biasanya tumbuh dengan tinggi sekitar 10-16 cm, dengan daun yang panjang seperti pita mencapai 13 cm. Akar-akarnya yang panjang hingga 60 cm berfungsi untuk menyerap kelembaban dari udara dan kulit pohon, sekaligus sebagai penyimpan cadangan air untuk menunjang pertumbuhan anggrek di habitatnya.
Habitat anggrek ini berada di tepian hutan semi terbuka dengan intensitas cahaya yang moderat, sekitar 50-70%. Lingkungan dengan sirkulasi udara yang baik sangat mendukung pertumbuhan anggrek kuku macan, sehingga bunga-bunganya dapat berkembang dengan optimal.
Meski baru ditemukan, Aerides obyrneana sudah dihadapkan pada ancaman serius terhadap kelestariannya. Faktor utama yang mengancam keberlangsungan hidup anggrek ini adalah konversi habitat alami menjadi lahan pertanian atau pemukiman. Selain itu, ancaman juga datang dari potensi pengambilan liar di alam untuk memenuhi permintaan pasar perdagangan tanaman hias.
Kemunculan spesies baru sering kali memicu lonjakan permintaan komersial, yang apabila tidak dikelola dengan baik dapat merusak populasi anggrek ini di habitat aslinya. Oleh karena itu, peneliti mengingatkan akan pentingnya pelestarian berkelanjutan dan regulasi yang ketat dalam perdagangan tanaman endemik seperti Aerides obyrneana.
Penulis: Rahel Azzahra | Editor: Rahel Azzahra