Artikel

PETANI GUREM: POTRET KETANGGUHAN DI TENGAH TANTANGAN PENYEMPITAN LAHAN

IPB DIGITANI - TANI DAN NELAYAN CENTER IPB UNIVERSITY - PETANI GUREM: POTRET KETANGGUHAN DI TENGAH TANTANGAN PENYEMPITAN LAHAN
Artikel / Pertanian

PETANI GUREM: POTRET KETANGGUHAN DI TENGAH TANTANGAN PENYEMPITAN LAHAN

Akibat maraknya penyempitan lahan pertanian, jumlah petani gurem di Indonesia semakin meningkat. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, rumah tangga usaha pertanian gurem di Indonesia meningkat signifikan dari 14.248.864 rumah tangga pada taun 2013 menjadi 16.891.120 rumah tangga pada tahun 2023 atau naik 15,68%. Jika dihitung berdasarkan petani pengguna lahan, maka jumlah petani gurem mencapai 17.248.181 petani. Ketika total petani sebanyak 27.799.280 petani, maka ada 62,05% petani gurem di Indonesia.

Bertambahnya petani gurem disebabkan beberapa hal. Penyebab bertambahnya petani gurem karena lahan pertanian yang semakin sempit akibat konversi lahan pertanian semakin sering terjadi. Konversi lahan pertanian seringkali digunakan untuk perumahan, industi, perdagangan,dan sarana publik. Lantas apa dan siapa kah petani gurem itu?

Kenapa disebut Petani Gurem? 

Gurem merupakan istilah lokal di Indonesia yang merujuk pada tungau ayam atau Ornithonyssus Bursa, yang merupakan salah satu parasite eksternal penyerang hewan ungags. 

Pada malam hari binatang kecil ini menyelinap di antara bulu unggas, lalu menepel di kulit untuk menghisap darah. Gurem tidak menyukai cahaya, sehingga pada siang hari lebih sering bersembunyi di sekitar kandang 

Tungau ayam atau biasa disebut gurem ini memiliki tubuh yang sangat kecil, melansir dari salah satu jurnal Sistem Infornasi Kesehatan Hewan Nasional bahwa gurem memiliki panjang tubuh sekitar 0,7 sampai 1 milimeter dan lebar tubuh 0,25 sampai 0,49 milimeter, hal tersebut mejadikan gurem sangat sulit untuk dilihat secara kasat mata.  

Karena memiliki bentuk yang sangat kecil, gurem acapkali dijadikan kata kiasan untuk menyebutkan kecil atau kecil sekali. Kata kiasan gurem tidak lepas dari dunia pertanian, hal tersebut terbukti dengan adanya sebutan Petani Gurem. Selain pertanian, istilah gurem juga dilekatkan pada pengusaha. 

Siapa Petani Gurem? 

Petani gurem adalah istilah di Indonesia yang menggambarkan petani kecil dengan lahan sempit, biasanya kurang dari 0,5 hektar, menurut data dari Badan Pusat Statistik. Dengan lahan yang terbatas, petani gurem seringkali kesulitan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dari hasil pertaniannya.

Ciri utama petani gurem adalah keterbatasan akses terhadap sumber daya seperti modal, lahan, teknologi, dan pasar. Hal ini membuat hasil panen mereka umumnya hanya cukup untuk kebutuhan rumah tangga, dengan sedikit sekali surplus yang bisa dijual. Kondisi ini menyebabkan banyak petani gurem hidup di bawah garis kemiskinan dan sering kali terpaksa mencari pendapatan tambahan di luar pertanian atau bekerja sebagai buruh tani di lahan yang lebih luas.

Upaya Menyelamatkan Petani Gurem 

Mengatasi tantangan yang dihadapi petani gurem memerlukan pendekatan yang komprehensif. Salah satu langkah penting adalah mendorong reformasi agraria untuk mendistribusikan lahan secara lebih adil kepada petani kecil, sehingga mereka memiliki akses yang lebih baik terhadap sumber daya lahan.

Di samping itu, pengembangan teknologi pertanian yang ramah lingkungan dan mudah diakses juga krusial. Penggunaan pupuk organik, sistem irigasi yang efisien, dan bibit unggul dapat membantu meningkatkan produktivitas petani gurem meskipun dengan luas lahan terbatas.

Dalam aspek pasca-panen, pemerintah dapat berperan aktif dengan memberikan akses yang lebih luas terhadap pasar dan pembiayaan. Langkah ini akan membantu petani gurem meningkatkan pendapatan dan memperkuat ketahanan ekonomi mereka.

Penulis: Bahana Bela Nusantoro | Editor: Rahel Azzahra

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.