Artikel

APA SAJA GEJALA DAN PENGENDALIAN BCMV DAN HAMA PENGGEREK POLONG PADA KACANG PANJANG?

7. P1 - Hermanu Triwidodo - DIGITANI - IPB University - Tani Nelayan Center IPB - APA SAJA GEJALA DAN PENGENDALIAN BCMV DAN HAMA PENGGEREK POLONG PADA KACANG PANJANG
Artikel Konsultasi / Pertanian

APA SAJA GEJALA DAN PENGENDALIAN BCMV DAN HAMA PENGGEREK POLONG PADA KACANG PANJANG?

Pertanyaan:

Tanaman kacang panjang saya saat ini berumur 42 hari setelah tanam (HST) dan mengalami serangan penyakit, ditandai dengan daun yang menguning. Selain itu, tanaman juga diserang oleh hama penggerek polong dan bunga. Apa cara yang tepat untuk mengatasi masalah ini? Sebagai informasi tambahan, lahan saya memiliki ukuran 4000 meter persegi. Sebelumnya, lahan ini telah ditanami dengan tanaman timun pada musim pertama (M1) dan kedua (M2), namun saat ini ditanam dengan kacang panjang secara monokultur. Saya menggunakan pupuk berupa kotoran ayam sebagai pupuk dasar, serta urea, ZA, phonska, dan TSP yang diaplikasikan pada awal musim tanam. Dosis pemupukan yang digunakan adalah kotoran ayam sebanyak 900 kilogram, ZA 300 kilogram, urea 100 kilogram, phonska 100 kilogram, dan TSP (Triple Super Phospat) 100 kilogram. Untuk mengatasi masalah hama, saya menggunakan pestisida Curacron 500 EC (1 gelas per tanaman), Atonik 6,5 liter (1 tutup botol), dan Topsin 500 EC (1 tutup botol). Aplikasi pestisida dilakukan secara mingguan atau disesuaikan dengan keberadaan organisme pengganggu tanaman (OPT). Selain itu, sanitasi lahan juga dilakukan secara teratur.

(Asip)

Jawaban:

Halo, Sobat Tani.

Terima kasih telah bertanya kepada Pakar IPB University.

Berdasarkan informasi dan foto gejala, kemungkinan tanaman Anda terserang penyakit Bean Common Mosaic Virus (BCMV). Gejala penyakit ini mencakup adanya daun yang menguning, mengkerut, dan melengkung.

BCMV adalah virus umum yang menyerang kacang panjang dan kacang-kacangan lainnya, ditularkan oleh vektor kutu daun (Aphis spp.). Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu sebagai berikut.

  1. Tanaman penghalang (barrier crop), yaitu dengan enanam tanaman jagung di sekeliling tanaman buncis sebelum tanaman buncis ditanam. Tanaman jagung berfungsi sebagai penghalang dan habitat kumbang koksi, yang merupakan musuh alami kutu daun.
  2. Eradikasi, yaitu memusnahkan dan membakar tanaman atau bagian tanaman yang terserang penyakit untuk mengurangi sumber inokulum (sumber penyakit) di pertanaman.
  3. Penggunaan mulsa, yaitu dengan menggunakan mulsa plastik yang reflektif untuk menghalangi kutu daun masuk ke pertanaman.
  4. Penggunaan pestisida nabati, yaitu dengan menggunakan pestisida nabati seperti ekstrak nimba dan ekstrak bawang putih untuk mengendalikan hama.
  5. Penggunaan agens hayati, yaitu dengan menggunakan agens hayati seperti Beauveria bassiana dan Metarhizium sp. yang dapat membantu mengendalikan populasi kutu daun.
  6. Penggunaan pestisida sintetik. Apabila populasi hama kutu daun sudah melewati ambang ekonomi, pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida. Salah satu pilihan adalah insektisida dengan bahan aktif imidaklopid 5 persen. Penting untuk melakukan rotasi bahan aktif pestisida untuk mencegah terbentuknya biotipe baru dari hama.

Pengendalian BCMV selain dengan mengendalikan kutu daun sebagai vektornya, juga dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut.

  1. Rotasi tanaman dengan memilih beberapa tanaman, seperti terung, tomat, dan kubis-kubisan sebagai alternatif penanaman selain kacang panjang.
  2. Penggunaan varietas tahan. Pertimbangkan menggunakan varietas kacang panjang yang tahan terhadap penyakit ini, seperti varietas Persada dan varietas Katrina. Varietas tahan akan membantu mengurangi dampak kerugian yang disebabkan oleh penyakit ini.
  3. Penggunaan benih sehat. Pastikan benih yang digunakan adalah benih yang sehat dan berkualitas, karena penyakit BCMV termasuk dalam penyakit tular benih.
  4. Perlakuan benih. Sebelum benih ditanam, lakukan perlakuan dengan menggunakan PGPR atau kitosan untuk meningkatkan ketahanan tanaman.
  5. Pengaturan jarak tanam yang sesuai. Pastikan jarak tanam yang digunakan tidak terlalu rapat. Jarak tanam optimal untuk pertumbuhan tanaman adalah sekitar 60×20 centimeter, sementara untuk pertumbuhan polong adalah sekitar 40×20 centimeter.

Kemungkinan hama ulat penggerek polong dan bunga yang menyerang adalah Maruca testualis. Hama ini memiliki distribusi yang luas dan sebagian besar tanaman inangnya berasal dari famili Leguminosae (kacang-kacangan). M. testulalis biasanya ditemukan saat tanaman kacang panjang memasuki fase generatif, yaitu saat pembungaan terjadi.

Gejala awal serangan hama ini adalah adanya lubang pada bunga. Serangan yang lebih parah dapat menyebabkan bunga layu, membusuk, dan akhirnya gugur, sehingga menghambat pembentukan polong.

Gejala lainnya adalah beberapa bunga yang saling merekat, yang dapat menjadi tempat tinggal bagi larva hama ini. Pada polong kacang panjang, serangan hama ini dapat dikenali dari adanya bekas lubang dan kotoran larva yang bercampur (frass), yang dapat merusak kualitas kacang panjang itu sendiri.

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan berbagai metode, antara lain sebagai berikut.

  1. Penggunaan varietas tahan. Pertimbangkan untuk menggunakan varietas kacang panjang yang tahan terhadap hama ini, seperti varietas KP-1 dan varietas KP-2.
  2. Rotasi tanaman dengan menanam tanaman selain kacang-kacangan, seperti terung, tomat, dan kubis-kubisan, untuk mengurangi populasi hama di lahan.
  3. Eradikasi. Jika terjadi serangan yang parah, lakukan eradikasi dengan membuang dan membakar tanaman atau bagian tanaman yang terinfeksi.
  4. Penggunaan pestisida nabati, seperti ekstrak nimba dan ekstrak bawang putih untuk mengendalikan hama ini secara alami.
  5. Pemasangan lampu dan feromon perangkap untuk memantau keberadaan ngengat (imago) hama ini dan sekaligus sebagai cara pengendalian mekanis.
  6. Penggunaan pestisida sintetik jika populasi hama ulat penggerek polong sudah melampaui ambang ekonomi, pertimbangkan penggunaan insektisida seperti imidaklopid, dimethoate, monosultap, klorantraniliprol, dan diazinon. Penting untuk melakukan rotasi bahan aktif pestisida untuk mencegah kemunculan biotipe baru dari hama.

Penyakit dan hama pada tanaman dapat diminimalisir dengan cara melakukan budidaya tanaman sehat, termasuk penggunaan benih sehat dan berkualitas serta pemupukan yang seimbang. Pemupukan yang telah dilakukan dapat dikombinasikan dengan berbagai strategi pengendalian sebagai upaya untuk menciptakan budidaya tanaman yang sehat.

Pestisida Curacron dapat digunakan untuk mengendalikan kutu daun sebagai vektor BCMV dan penggerek polong secara bersamaan. Namun, pestisida Topsin tidak dianjurkan untuk digunakan dalam pengendalian BCMV dan penggerek polong karena merupakan jenis fungisida yang memiliki target OPT yang berbeda.

Diperlukan pemantauan di lahan untuk mengidentifikasi OPT yang paling merugikan. Strategi pengendalian selanjutnya akan difokuskan pada pengendalian OPT tersebut, sementara pengendalian lainnya dapat disesuaikan. Hal ini penting dalam menentukan berbagai bentuk pengendalian yang akan digunakan, termasuk pemilihan varietas yang tepat dan jenis pestisida yang akan diaplikasikan.

Selamat mencoba.

Dijawab oleh Prof. Dr. Ir. Hermanu Triwidodo, M.Sc. | Editor: Niky Elfa Amanatillah

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.