Artikel

TEKNIK BUDI DAYA JABON

gambar-kayu-jabon-1
Artikel / Pertanian

TEKNIK BUDI DAYA JABON

Tahapan budidaya Jabon

Sumber : cybex.ipb.ac.id

Pengumpulan Buah

Buah dapat dipanen di pohon atau jika pohon sudah terlalu besar, dikumpulkan dari bawah pohon.  Buah jabon berbentuk bulat sebesar bola pingpong sampai bola golf.  Buah yang sudah masak akan berwarna hijau kekuningan sampai kuning.  Buah-buah ini dikumpulkan untuk diekstrak benihnya.

Ekstraksi Benih

Menurut literatur, benih jabon dapat disimpan dalam jangka waktu lama, namun pada kenyataannya benih sudah berkurang daya kecambahnya setelah melewati 3 bulan dalam penyimpanan.  Ekstraksi benih jabon dapat dilakukan dengan cara ekstraksi kering dan ekstraksi basah.  Ekstraksi kering dilakukan dengan mencacah tipis-tipis buah jabon segar kemudian dijemur selama maksimum 2 hari, kemudian menumbuk irisan yang sudah kering untuk mengeluarkan benih.  Selanjutnya buah yang sudah hancur disaring dengan menggunakan saringan kopi (ukuran lubang saringan 1 x 1 mm).  Benih tercampur serbuk buah yang halus akan jatuh, ditampung siap untuk disimpan atau disemai langsung.

Untuk ekstraksi basah, buah jabon yang telah dikumpulkan lalu direndam dalam air selama semalam.  Buah jabon akan menjadi lembek, setelah itu diremas-remas dalam air untuk mengeluarkan bijinya.  Hancuran buah dipisahkan dengan biji melalui serangkaian penyaringan dengan ukuran yang berbeda-beda.  Tahap terakhir untuk memisahkan biji dengan air, maka air dan biji dituangkan ke kain sifon (untuk saringan tahu), maka biji akan tertahan di saringan tersebut.  Kain dan biji dikering anginkan setelah itu biji dapat dipisahkan dari kain.  Benih dapat disemai langsung atau di simpan.

Benih jabon sebaiknya tidak disimpan lama, paling lama 3 bulan agar benih dapat berkecambah dengan baik.  Sampai saat ini belum ditemukan teknik penyimpanana benih jabon yang tepat agar benih dapat bertahan lama.

Penyiapan lahan penanaman

Setelah memastikan bahwa lahan yang akan ditanami berada pada ketinggian kurang dari 500 m dpl, maka hal yang penting dalam penyiapan lahan adalah membebaskan naungan yang ada, membersihkan semak belukar secara total, jalur, atau piringan.  Kemudian dibuat saluran-saluran pembuangan air jika ada kemungkinan terjadi genangan pada musim hujan.  Jika lahan yang akan ditanami berupa kebun yang secara rutin digarap untuk ditanami palawija, maka persiapan lahan tidak mahal karena tidak perlu dilakukan secara khusus, kecuali membebaskan dari pohon-pohon penaung dan genangan.

Teknik penanaman

Banyak pertanyaan mengenai berapa jarak tanam yang sebaiknya digunakan untuk penanaman jabon.  Kharakteristik pertumbuhan jabon dikenal dengan pertumbuhan definite growth, dimana pertumbuhan cabang-cabangnya terbatas, sehingga ditanam dengan jarak berapapun tidak akan mempengaruhi bentuk atau kualitas kayu yang akan dihasilkan.  Meskipun ditanam dengan jarak yang lebar, pohon tetap akan tumbuh tinggi dan lurus dengan cabang yang kecil-kecil.  Dari hasil pengamatan di lapangan jabon putih sebaiknya ditanam dengan jarak tanam paling sempit 3 x 3 m dengan ketentuan pada umur 3 tahun harus dijarangi sebanyak 400 pohon.  Untuk jabon merah harus dimulai lebih jarang karena kebutuhan sinar matahari yang lebih tinggi, yaitu  4 x 4 m.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam melakukan budidaya pohon kehutanan, lahan tersebut dapat ditanami hanya dengan jenis pohon-pohonan (monokultur) atau dengan sistem agroforestry, yaitu dicampur dengan tanaman pertanian atau pakan ternak.  Dalam system agroforestry, tanaman pertanian yang dapat ditanam pada tahun pertama dapat dipilih jenis apa saja karena lahan masih terbuka dan mendapat cahaya penuh.  Setelah pohon berumur 2 tahun dan naungan mulai bertambah maka perlu dipilih jenis-jenis yang tahan naungan, seperti salak, nanas, pisang, talas, kapolaga, kunyit, dll.  Pemilihan jenis-jenis tanaman pertanian yang cocok untuk ditanam di bawah naungan sebaiknya berkonsultasi dengan Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian.

Seberapa cepat pohon dapat dipanen tergantung kepada seberapa besar investasi yang ingin ditanamkan.  Pada prinsipnya pohon kehutanan dapat ditanam dengan input minimum, yaitu dibuatkan lubang tanam dengan ukuran kurang lebih 30x30x30 cm kemudian bibit langsung ditanam setelah dilepas polybagnya.  Dengan investasi minimum seperti ini rata-rata pohon akan dapat dipanen pada umur 7-8 tahun (diameter 30 cm ke atas).  Jika pohon ingin dipanen lebih cepat dengan diameter 30 cm ke atas, maka lubang tanam dibuat lebih lebar 40x40x40 cm, kemudian tanah galian dicampur dengan kompos 3-5 kg dan NPK 100-150 g.  Dengan investasi seperti ini maka pohon dapat mulai dipanen pada umur 4-5 tahun.

Untuk mendapatkan tanaman yang rapi, sebaiknya sebelum dilakukan pembuatan lubang tanam terlebih dahulu dipasang ajir, tanda dimana lubang tanam akan dibuat.  Dengan demikian jalur-jalur tanam akan terlihat lurus dan rapi sehingga memudahkan pemeliharaan dan menambah keindahan.

Teknik pemeliharaan

Penyulaman.  Kegiatan pemeliharaan paling awal adalah penyulaman, yaitu penggantian bibit-bibit yang mati setelah penanaman.  Penyulaman sebaiknya dilakukan segera setelah penanaman selesai agar bibit sulaman tidak tertinggal pertumbuhannya dari bibit yang sudah ditanam terlebih dahulu.  Bibit sulaman harus berukuran lebih tinggi dari ukuran bibit yang sudah ditanam.

Pengendalian gulma.  Pengendalian dilakukan untuk mengurangi persaingan unsur hara, air, dan cahaya serta ruangan.  Pengendalian gulma dapat dilakukan secara total yaitu membersihkan seluruh areal, atau secara jalur saja, yaitu 0.5-1 m kanan dan kiri jalur tanaman, atau cukup berbentuk piringan diseputar pangkal batang dengan jari-jari 1m.

Pemupukan lanjutan.  Pemupukan lanjutan dimaksudkan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman.  Pemupukan lanjutan dilakukan pada awal dan akhir musim hujan sebanyak 100-200 g per tanaman.  Di bawah proyeksi tajuk dibuat parit sedalam 10 cm kemudian pupuk ditabur di parit tersebut setelah itu ditutup kembali dengan tanah.

Pengendalian hama dan penyakit.  Jabon sampai empat tahun ini belum banyak data atau laporan mengenai hama dan penyakit yang serius kecuali ulat pemakan daun.  Ulat-ulat ini dapat mematikan tanaman jika serangan terjadi pada saat bibit masih kecil dan tidak dikendalikan secara cepat.  Jika tanaman sudah besar dan telah memiliki cabang dan daun yang banyak (mulai umur 5 bulan), serangan ulat tidak akan mematikan namun mengurangi pertumbuhan tanaman jabon saja.

Pemangkasan.  Pemangkasan akan menghasilkan kualitas kayu yang baik karena mengurangi mata kayu.  Untuk sengon, pemangkasan dapat dilakukan dengan memotong cabang dengan menyisakan 10 cm dari pangkal cabang.  Sisa cabang 10 cm ini akan mengering kemudian jatuh dengan sendirinya.  Jika pemangkasan dilakukan rata batang, maka dikhawatirkan bekas cabang tersebut akan menjadi pintu masuknya hama dan penyakit.  Jabon tidak perlu dipangkas karena secara alami akan mengalami pemangkasan setelah cabang tersebut ternaungi oleh cabang-cabang lainnya.  Pemankasan hanya dilakukan jika lahan tersebut diusahakan dengan sistim agroforestry.

Penjarangan.  Penjarangan diperlukan untuk penanaman dengan jarak tanam awal 3×3 m untuk memberikan pertumbuhan yang optimum pada pohon-pohon yang memiliki morfologi yang diunggulkan.  Untuk hutan rakyat ada dua pilihan penjarangan, yaitu penjarangan untuk menghilangkan pohon-pohon yang pertumbuhannya kurang baik (tinggi kurang dari 2/3 rata-rata pohon-pohon yang ada), pohon-pohon yang terserang hama dan penyakit, dan untuk mengatur jarak tanam ulang.  Jika tajuk telah bersentuhan terlalu dalam maka harus segera dilakukan penjarangan agar semua pohon yang tertinggal dapat bertambah besar.  Pilihan kedua adalah, penjarangan yang dikenal dengan “delih” (yang gede/besar dipilih untuk ditebang) atau “deneng” (yang gede/besar yang disenengi/disenangi untuk ditebang) agar diperoleh pendapatan awal.

Penulis : Dr Ir Irdika Mansur, M.For.Sc

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.