MENGAPA SAAT INI PENYAKIT BLAS PADI MERAJALELA?
MENGAPA SAAT INI PENYAKIT BLAS PADI MERAJALELA?
Musim Tanam 1 di Pulau Jawa hampir selesai, beberapa daerah sudah panen dan mulai musim gadu. Namun ada yang agak spesial pada musim tanam ini. Selain wereng coklat – lihat warning- pada des 20014, juga penyakit blas menjadi top hits utk penyakit padi. Penyakit ini hampir merata di seluruh Jawa—- Jawa Barat- Jateng– Jatim. Kelihatannya jajaran pertanian underestimate terhadap penyakit ini karena lebih fokus pada wereng dan penggerek batang. Pengamatan kami di Karawang, Subang, Indramayu — kejadian penyakit lk 25 %, yang merupakan blas leher, sehingga penyakit ini disebut juga busuk leher, potong leher atau teklik. Penyakit ini cukup mengagetkan petani, karena seperti muncul tiba-tiba setelah padi bermalai, dan malai jadi hampa.
Dulu, penyakit blas dikenal penyakit padi gogo, dan sekarang turun gunung– di padi sawah. Hasil studi kami di IPB mengkaji mengapa blas mengganas 5 tahun terakhir pada padi sawah menunjukkan hasil sebagai berikut:
– Berkaitan erat dengan rendahnya penggunaan pupuk kalium, pupuk K yang digunakan petani padi hanya dalam bentuk pupuk majemuk NPK yang masih kurang. Kaliu berperan dalam ketahanan tanaman terhadap penyakit
– Jerami tidak dikembalikan…….yang mengandung Kalium dan unsur-unsur mikro
– Penggunaan herbisida , ada kaitan erat dan nyata antara penggunaan herbisida dengan keparahan penyakit. yang diduga berkaitan dengan stres tanaman padi dan gangguan ekosistem tanah
Penyebab penyakit merupakan cendawan/fungi Pyricularia oryzae, yang ditularkan angin, benih. Periode kebasahan daun sangat membantu proses infeksi. Inang patogen padi dan rumput-rumputan. Patogen bisa bertahan pada sisa tanaman sakit namun mempunyai kemampuan sprofitik yang rendah sehingga mati dalam proses pembusukan jaringan.
Saran pengendalian:
– Perlakuan benih dengan PGPR (bakteri perakaran pemacu pertumbuhan tanaman)
– Menggunakan benih asal tanaman sehat
– Pengembalian Jerami disertai aplikasi dekomposer sehingga lapuk cepat
– Penggunaan Kalium yang cukup
– Aplikasi teh kompos setiap 1-2 minggu
– Penyiangan tidak dengan herbisida
Teknologi tersebut sudah dicoba dibeberapa tempat.
Mudah-mudahan bermanfaat.
Penulis: Suryo Wiyono