Artikel

WEBINAR SERIES #TNCTALKSE03: FENOMENA LA NINA, ANTISIPASI ANCAMAN HAMA PENYAKIT TANAMAN DAN KELANGKAAN PUPUK

Webinar Series #TNCTalksE03
Berita / Siaran Pers

WEBINAR SERIES #TNCTALKSE03: FENOMENA LA NINA, ANTISIPASI ANCAMAN HAMA PENYAKIT TANAMAN DAN KELANGKAAN PUPUK

“Webinar ini adalah langkah penting bagi kita semua untuk mempersiapkan diri menghadapi fenomena iklim yang akan datang, termasuk gangguan hama penyakit dan kelangkaan pupuk.”

DIGITANI.IPB.AC.ID, BOGOR – Tani dan Nelayan Center (TNC) IPB University menyelenggarakan Webinar Series #TNCTalksE03 pada Selasa (14/5) melalui Zoom Meeting serta live streaming di YouTube. Acara ini mengangkat tema “Fenomena La Nina: Antisipasi Ancaman Hama Penyakit Tanaman dan Kelangkaan Pupuk”.

Kepala TNC IPB University, Prof. Dr. Ir. Hermanu Triwidodo, M.Sc., memberikan sambutan pada acara ini dengan menekankan pentingnya persiapan menghadapi musim rendeng (musim tanam utama) yang akan datang. Selain itu, beliau menyampaikan bahwa webinar ini diikuti oleh berbagai pihak, termasuk petani, penyuluh, dan ahli pengendalian hama.

“Webinar ini adalah langkah penting bagi kita semua untuk mempersiapkan diri menghadapi fenomena iklim yang akan datang, termasuk gangguan hama penyakit dan kelangkaan pupuk,” ujarnya.

Acara ini dilanjutkan dengan pembukaan oleh Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Pengembangan Agromaritim IPB University, Prof. Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr. Beliau menyoroti bahwa fenomena La Nina yang diperkirakan akan terjadi mulai Juli hingga September 2024 sehingga dapat meningkatkan curah hujan dan memengaruhi jadwal penanaman serta ketersediaan pupuk.

“Webinar ini diharapkan dapat memberi pemahaman yang lebih baik kepada semua pelaku di lapangan untuk mengantisipasi situasi ekstrem yang membutuhkan strategi yang tepat,” tambahnya.

Webinar ini dimoderatori oleh Luna Lukvitasari, S.Si., M.Si., Koordinator Kerjasama TNC IPB, dan menghadirkan tiga narasumber utama.

Dr. I Putu Santikayasa, S.Si., M.Sc., selaku Dosen Departemen Geofisika dan Meteorologi, FMIPA, IPB University, memaparkan materi tentang “La Nina 2024: Peluang dan Dampak pada Pertanian di Indonesia”. Beliau menjelaskan bahwa fenomena La Nina yang diprediksi akan terjadi di pertengahan hingga akhir tahun ini berpotensi meningkatkan curah hujan dan berdampak signifikan pada pertanian di Indonesia.

Prof. Dr. Ir. Widodo, M.S., selaku Guru Besar Departemen Proteksi Tanaman, FAPERTA, IPB University membahas dampak La Nina terhadap permasalahan hama dan penyakit tanaman.

“Kondisi panas dan lembap akibat La Nina perlu diantisipasi karena dapat mempercepat siklus hidup serangga hama dan meningkatkan insidensi penyakit tanaman,” jelasnya.

Prof. Dr. Ir. Arief Hartono, M.Sc.Agr., selaku Guru Besar Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, FAPERTA, IPB University, membahas pemupukan optimal dengan data spesifik lokasi dan penggunaan biochar. Beliau menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya air dan nutrisi tanah untuk menghadapi curah hujan yang tinggi.

Acara ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan strategi kepada para petani dan pelaku sektor pertanian dalam mengantisipasi dampak negatif La Nina serta memastikan keberlanjutan dan produktivitas pertanian yang lebih baik.

Persiapan Menghadapi Musim Rendeng dan La Nina Pada Pertanian

Prof. Dr. Ir. Hermanu Triwidodo, M.Sc., dalam sambutannya, menyoroti pentingnya persiapan menghadapi musim rendeng yang akan datang. Keterlibatan peserta dari berbagai latar belakang dapat membuat webinar ini sebagai wadah kolaborasi dan komunikasi dalam menghadapi fenomena iklim yang berpotensi merugikan.

Prof. Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr., menjelaskan bahwa La Nina, yang diprediksi akan muncul pada pertengahan tahun ini, akan membawa dampak signifikan terutama dalam hal peningkatan curah hujan. Webinar ini diharapkan dapat membekali para pelaku pertanian dengan strategi yang tepat dengan melibatkan unsur-unsur pertanian seperti penanaman dan pengendalian hama.

Analisis dan Antisipasi Fenomena La Nina Pada Pertanian

Dr. I Putu Santikayasa, S.Si., M.Sc., membahas secara mendalam tentang La Nina 2024, menyoroti perubahan suhu laut dan implikasinya terhadap curah hujan di wilayah Pasifik. Pihaknya merangkum potensi dampak La Nina terhadap pertanian Indonesia dengan berbagai data dan fakta yang kuat, sehingga dapat memberikan pengetahuan secara langsung kepada para peserta.

Prof. Dr. Ir. Widodo, M.S., memperluas diskusi dengan menyoroti dampak La Nina terhadap hama dan penyakit tanaman. Pemahaman yang mendalam tentang faktor lingkungan, tanaman, dan organisme pengganggu tanaman (OPT) dapat memberikan wawasan tentang strategi pengelolaan yang tepat dalam menghadapi tantangan tersebut.

Prof. Dr. Ir. Arief Hartono, M.Sc.Agr., menekankan pentingnya pemupukan optimal dan penggunaan biochar dalam mengantisipasi dampak La Nina terhadap pertanian. Penekanan pada keseimbangan nutrisi tanah dan responsivitas terhadap perubahan lingkungan membuat materi tersebut memberikan strategi konkret bagi petani.

Pemantauan Iklim dan Tantangan Petani di Indonesia

Webinar ini juga menghadirkan tiga penanggap dari kalangan petani, yaitu Hosman dari Sumenep, Jawa Timur; Tarsono dari Indramayu, Jawa Barat; dan Purnomo dari Kebumen, Jawa Tengah. Ketiga petani tersebut berbagi pengalaman mereka dalam menghadapi fenomena iklim dan tantangan di lapangan.

Pengalaman Hosman memberikan gambaran nyata tentang bagaimana perubahan iklim memengaruhi kehidupan sehari-hari para petani. Pihaknya mencatat bahwa La Nina, fenomena iklim yang sering kali membawa curah hujan tinggi, telah mengubah pola tanam dan panen di daerahnya.

Pada tahun 2024, terjadi pergeseran waktu terjadinya La Nina, sehingga memberikan manfaat dalam memutus siklus perkembangan hama dan penyakit tanaman. Namun, tantangan distribusi pupuk bersubsidi masih menjadi sorotan utama. Hosman menekankan perlunya perbaikan sistem distribusi pupuk untuk memastikan semua petani mendapatkan manfaat dari subsidi tersebut, terlepas dari keanggotaan dalam kelompok petani.

Sementara itu, pengamatan Tarsono yang berpengalaman selama hampir 14 tahun, menyoroti pentingnya memahami perkembangan terkini iklim dalam merencanakan pola tanam dan strategi penanganan tanaman. Beliau mencatat bahwa prediksi cuaca menunjukkan ketidakpastian yang signifikan dengan perubahan pola curah hujan yang dapat memengaruhi jadwal tanam dan masa panen.

Ketika kondisi iklim bersifat netral, Purnomo harus menghadapi masalah hama tikus yang cukup serius pada musim tanam pertama. Namun, penggunaan teknologi tepat guna seperti pil KB tikus telah membantu dalam mengendalikan hama tanpa merusak lingkungan sekitar.

Penulis: Nurma Wibi Earthany | Editor: Chelvi Agnariosa

Tanya Pakar

powered by Advanced iFrame. Get the Pro version on CodeCanyon.