TNC IPB UNIVERSITY DORONG PARTISIPASI PETANI DALAM MEWUJUDKAN SWASEMBADA PANGAN

TNC IPB UNIVERSITY DORONG PARTISIPASI PETANI DALAM MEWUJUDKAN SWASEMBADA PANGAN
“Intinya, partisipasi petani sangat penting untuk keberhasilan berbagai program yang berkaitan dengan kedaulatan pangan dengan memerhatikan tiga aspek utama, yaitu keberhasilan, keberlanjutan, dan resiliensi.”
DIGITANI.IPB.AC.ID, Bogor – Tani dan Nelayan Center (TNC) IPB University kembali menggelar Webinar Series #TNCTalksE09 dengan tema “Swasembada Pangan: Partisipasi Petani dalam Program Kedaulatan Pangan” pada Senin (24/3). Acara yang diadakan secara daring melalui Zoom Meeting dan disiarkan langsung di YouTube ini bertujuan untuk menggali strategi dan peran petani dalam mewujudkan swasembada pangan nasional. Webinar ini diikuti oleh 986 peserta dari berbagai kalangan, termasuk petani, penyuluh, akademisi, hingga pemerintah.
Kedaulatan Pangan dan Peran Petani
Pada sambutannya, Prof. Dr. Ir. Hermanu Triwidodo, M.Sc., selaku Kepala TNC IPB University, menegaskan pentingnya memperhatikan kesuburan tanah dalam upaya meningkatkan produksi pangan. Ia mengutip pendapat Profesor Go Ban Hong, seorang ahli kesuburan tanah dari IPB University yang menyebutkan bahwa kelelahan tanah akibat eksploitasi berlebihan harus diatasi dengan pendekatan yang menyehatkan tanah. Prof. Hermanu juga menyoroti pentingnya diversifikasi pangan dengan menekankan bahwa swasembada pangan tidak hanya bertumpu pada beras, tetapi juga pada komoditas lain, seperti sorgum dan padi gogo.
Senada dengan itu, Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Pengembangan Agromaritim IPB University, Prof. Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr., menggarisbawahi tiga pilar utama dalam sistem pangan nasional, yaitu kedaulatan pangan, ketahanan pangan, dan kemandirian pangan. Menurutnya, petani di Indonesia merupakan pelaku utama dalam sistem produksi pangan di Indonesia, berbeda dengan negara lain yang lebih bergantung pada agribisnis skala besar. Oleh karena itu, petani harus berperan sebagai subjek dalam kebijakan pangan, bukan hanya sebagai objek. Ia juga menekankan pentingnya pemberian imbal jasa yang adil kepada petani agar ketahanan pangan nasional tetap terjaga.
Tantangan dan Strategi Swasembada Pangan di Indonesia
Said Abdullah, S.P., M.Si., yang berperan sebagai moderator pada webinar ini, membuka diskusi dengan menyoroti pentingnya swasembada pangan dalam pembangunan nasional. Ia menegaskan bahwa swasembada pangan merupakan bagian dari kemandirian bangsa yang tertuang dalam RPJMN atau Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2025-2029 dan Asta Cita pemerintah.
Menurutnya, swasembada pangan tidak hanya berbicara tentang peningkatan produksi, tetapi juga mencakup aspek kedaulatan petani kecil yang menjadi tulang punggung ketahanan pangan nasional. Dalam paparannya, ia menyebutkan bahwa dari 28 juta keluarga petani di Indonesia, sekitar 14 juta di antaranya merupakan petani skala kecil. Oleh karena itu, kebijakan yang berpihak pada petani kecil menjadi kunci dalam mewujudkan swasembada pangan yang berkelanjutan.
Kearifan Lokal sebagai Dasar Kemandirian Pangan
Maria Loretha, seorang petani dari Nusa Tenggara Timur (NTT), menyoroti pentingnya kearifan lokal dalam pertanian. Ia menegaskan bahwa petani tidak hanya sekadar produsen pangan, tetapi juga penjaga tradisi dan keanekaragaman hayati.
Maria menceritakan bagaimana kehidupan petani di Pulau Adonara yang masih mempertahankan tradisi konsumsi jagung lokal dan sorgum sebelum panen besar. Sekolah Agro Flores yang ia dirikan juga mengajarkan metode pertanian organik berbasis kearifan lokal, seperti penggunaan pupuk alami dan sistem rotasi tanam.
Ia juga mengungkapkan bahwa petani harus menjadi inovator dalam menghadapi tantangan iklim dan keterbatasan sumber daya. “Petani juga memiliki potensi untuk menciptakan solusi sendiri yang sangat relevan dengan kondisi lokal. Sesungguhnya, mereka lah professor sejati yang memiliki ilmu mempertahankan benih dan lahan, mengatur sirkulasi tanaman, hingga menjaga keberlanjutan itu,” ujar Maria. Selain itu, Maria juga menyoroti peran penting penyuluh pertanian sebagai jembatan antara kebijakan pemerintah dan realita pertanian di lapangan.
Masa Depan Swasembada Pangan dengan Pertanian Organik
Apni Olivia Naibaho, pendiri Siantar Sehat, berbagi pengalaman dalam mengembangkan pertanian organik di Sumatera Utara. Ia mendirikan Siantar Sehat pada 2013 dengan tujuan mengubah stigma bahwa petani identik dengan kemiskinan.
Menurut Apni, pertanian organik adalah solusi bagi petani untuk lebih mandiri dan berdaulat atas tanah serta pupuk yang digunakan. Ia mengajarkan para petani cara membuat pupuk organik dari bahan alami, seperti cangkang telur, serabut kelapa, dan limbah ikan. Selain itu, ia juga memperkenalkan model pemasaran digital yang memungkinkan hasil panen terjual langsung ke konsumen melalui platform online.
Apni menekankan bahwa pertanian organik bukan sekadar metode bertani, tetapi juga sebuah gerakan menuju kemandirian pangan. Ia menutup sesi dengan pernyataan kuat, “Jika ingin mewujudkan swasembada pangan, maka pertanian organik adalah solusinya.”
Swasembada Pangan Butuh Partisipasi Petani
Dekan Fakultas Pertanian IPB University, Prof. Dr. Ir. Suryo Wiyono, M.Sc.Agr., menyoroti bahwa 99 persen produksi pangan di Indonesia berasal dari pertanian rakyat. Oleh karena itu, keberhasilan program swasembada pangan sangat bergantung pada partisipasi aktif petani.
Menurutnya, pembangunan pertanian harus disesuaikan dengan agroekologi setiap daerah. Ia mencontohkan bahwa di wilayah semi-arid seperti NTT, lebih cocok untuk menanam sorgum dan jagung dibandingkan padi sawah yang membutuhkan banyak air. Selain itu, ia juga menyoroti masalah ketergantungan pada pupuk subsidi yang sebagian besar bahan bakunya masih diimpor. “Kita harus berpikir bagaimana menggunakan pupuk lebih efisien dan mencari alternatif yang lebih berkelanjutan,” katanya.
Prof. Suryo juga menekankan bahwa kebijakan pertanian harus lebih berpihak kepada petani dan tidak hanya terjebak dalam birokrasi yang menghambat inovasi di lapangan. Ia mengajak para pemangku kepentingan untuk bersinergi dalam menciptakan sistem pertanian yang lebih mandiri dan berkelanjutan, “Intinya, partisipasi petani sangat penting untuk keberhasilan berbagai program yang berkaitan dengan kedaulatan pangan dengan memerhatikan tiga aspek utama, yaitu keberhasilan, keberlanjutan, dan resiliensi,” ujarnya.
Penulis: Nurma Wibi Earthany | Editor: Fathiyya Azzahra