KEBIJAKAN NASIONAL PENGENDALIAN HAMA ULAT GERAYAK JAGUNG
KEBIJAKAN NASIONAL PENGENDALIAN HAMA ULAT GERAYAK JAGUNG
Kebijakan Nasional Pengendalian Hama Ulat Gerayak Jagung dilaksanakan melalui webinar PEI pada 13 Juni 2020. Spodoptera frugipeda merupakan hama baru pada tanaman jagung yang masuk ke Indonesia dari benua Amerika. Serangga ini memiliki nama umum Ulat Grayak Frugiperda (UGF). Pertama kali ditemukan di Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat pada bulan Maret 2019. Dalam waktu 10 bulan, penyebaran UGF di Indonesia telah mencapai 22 provinsi. Penyebaran yang sangat cepat diduga karena kemampuan reproduksi yang tinggi (1000 telur/ngengat), daya jelajah tinggi, dan kondisi iklim yang sesuai.
Ciri-ciri S. frugiperda di antaranya pada kepala terdapat huruf Y terbalik, 4 pinaula atau titik yang membentuk segi empat pada segmen 8, garis berwarna pucat di dorsal tubuh, garis berwarna cerah di sub dorsal tubuh, dan garis tebal berupa pita. UGJ menyerang semua fase tanaman (vegetatif maupun generatif) terutama pada tanaman muda. Larva sangat rakus memakan tanaman jagung terutama pada malam hari, termasuk hama yang paling merugikan di tanaman jagung. Larva ulat grayak meninggalkan kotoran yang berwarna cokelat, seperti serbuk kayu ada sekitar tanaman yang terserang.
Tanaman jagung rawan terserang UGJ pada umur 1-45 hari. Pengendalian menggunakan pestisida efektif pada larva awal (instar 1-3), sedangkan instar 4-6 telah memiliki lapisan lilin yang tebal, sehingga kebal terhadap beberapa jenis pestisida. Disarankan melakukan monitoring, sehingga pengendalian tepat waktu dan sasaran. Kerusakan berat hingga daun gundul dapat pulih kembali setelah 2 minggu asalkan UGJ tidak menyerang titik tumbuh. Pengendalian secara mekanik, agens hayati, pestisida biologi, musuh alami (kepik), penaburan abu gosok atau pasir atau tanah, dan pengasapan sangat disarankan. Varietas jagung yang tahan terhadap UGJ belum ditemukan.
Di Meksiko, terdapat dua strain yang paling berbahaya. Strain pertama hanya menyerang tanaman jagung saja. Sementara strain kedua, selain menyerang jagung juga dapat menyerang padi. Di Vietnam juga telah ditemukan jenis strain kedua seperti di Meksiko. Penggunaan feromon telah dilakukan di Meksiko dengan hasil yang cukup baik. Sementara itu, pengendalian menggunakan feromon di Indonesia masih dalam proses penelitian. Dikhawatirkan masuknya UGJ dapat menurunkan produksi jagung dalam negeri (surplus pada tuhan 2016-2019), sehingga terjadi pembukaan keran impor jagung. Penelitian mengenai karakteristik S. frugiperda beserta pengendaliannya masih terus dilakukan oleh petani, lembaga penelitian, maupun institusi pendidikan.
Penulis: Lisa Bela Fitriani | Editor: Exciyona Adistika