Pertanyaan:

Saya saat ini sedang menjalani KKN (Kuliah Kerja Nyata) di salah satu desa di Provinsi Jawa Barat. Banyak petani di wilayah ini yang bertanya tentang cara mengatasi serangan Fusarium pada tanaman, terutama karena tingginya curah hujan di daerah ini yang memperparah masalah tersebut. Apa langkah-langkah yang bisa diambil untuk mengendalikan dan mencegah penyebaran penyakit ini?

(M. Rizky R.)

Jawaban:

Halo, Sobat Tani.

Terima kasih telah bertanya kepada Pakar IPB University.

Fusarium adalah penyakit tular tanah yang disebabkan oleh jamur dan dapat bertahan lama di tanah, terutama selama musim hujan.

Berikut adalah beberapa langkah pengelolaan untuk mengatasi penyakit ini:

1. Gunakan Bibit Sehat: Pastikan bibit yang digunakan bebas dari penyakit. Sebaiknya gunakan bibit dari tanaman yang ditanam sendiri dan telah terseleksi dari lahan yang tidak terinfeksi. Jika terpaksa menggunakan bibit dari lahan yang terinfeksi, ambillah setidaknya 50 centimeter dari area yang terkena untuk mengurangi risiko penyebaran.
2. Pakai Kompos dan Pupuk Organik: Penggunaan kompos atau pupuk organik yang diperkaya dengan agens hayati dapat membantu mengendalikan Fusarium. Jamur Fusarium memiliki kemampuan yang lemah untuk mengkolonisasi bahan organik dibandingkan mikroba lainnya, sehingga penggunaan kompos dapat membantu menekan populasi Fusarium.
3. Perlakuan Bibit dengan PGPR: Perlakukan bibit dengan PGPR (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria) atau Fusarium nonpatogenik yang sudah teruji untuk meningkatkan ketahanan tanaman.
4. Gunakan Pupuk Sintetik Seimbang: Perbanyak penggunaan pupuk yang mengandung kalium (K), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg) untuk mendukung kesehatan tanaman.
5. Aplikasi PGPR Rutin: Lakukan aplikasi PGPR saat penanaman, serta pada usia 2 dan 4 minggu setelah tanam (MST). Jika tanaman sudah tumbuh dengan baik, aplikasi PGPR tidak perlu dilakukan lagi.

Petani diharapkan dapat mengurangi dampak penyakit Fusarium dan meningkatkan hasil panen dengan menerapkan langkah-langkah ini.

Selamat mencoba.

Dijawab oleh Prof. Dr. Ir. Widodo, M.S. | Editor: Fathiyya Azzahra