BAGAIMANA CARA MENGOLAH LAHAN RAWA PASANG SURUT YANG TEPAT ?
BAGAIMANA CARA MENGOLAH LAHAN RAWA PASANG SURUT YANG TEPAT ?
![]()
Pertanyaan :
Bagaimana cara mengolah lahan pasang surut yang tepat?
(Kambuno Saalino)
Jawaban :
1. Penilaian awal dan tujuan pengelolaan
- Lakukan pemetaan tipologi lahan: catat elevasi relatif terhadap muka air pasang purnama, titik masuk/keluar aliran, dan pola luapan (masuk langsung dari sungai/laut atau melalui sungai tidal).
- Tetapkan tujuan: mis. produksi padi sawah intensif, sistem surjan dengan diversifikasi, atau lahan hortikultura/multi-komoditas.
2. Pengelolaan air (prinsip dan teknik utama)
- Sistem kanal satu arah dan flapgate: buat dua saluran tersier terpisah sebagai kanal irigasi (masuk air pasang) dan kanal drainase (keluar saat surut); pasang pintu air otomatis atau flapgate supaya saat pasang, kanal irigasi terbuka karena tekanan air dan kanal drainase tertutup, saat surut sebaliknya.
- Jaringan dua arah terkontrol: sambungkan sebagian tersier dengan pipa PVC dan elbow untuk memungkinkan aliran dua arah pada saat pencucian atau penggelontoran lahan sehingga air asin cepat keluar dan lahan cepat dicuci ketika perlu.
- Pertimbangan elevasi dan drainase: desain drainase berdasarkan kisaran pasang surut pada pasang purnama; estimasi kedalaman muka air surut menentukan kapasitas drainase yang diperlukan.
3. Penataan lahan: sistem Surjan (raised bed + sunken bed)
- Bentuk surjan: buat tembokan/guludan (bagian atas) dan tabukan/sawah (bagian bawah) secara selang-seling; bagian atas untuk palawija, sayur, hortikultura, bagian bawah untuk padi sawah atau tanaman tergenang.
- Manfaat: memungkinkan diversifikasi tanaman, optimalkan ruang dan waktu usaha tani, kurangi risiko kehilangan hasil saat pasang/banjir lokal.
4. Ameliorasi tanah dan pemupukan (dosis praktis)
- Kapur (lime): 0,5–1 ton/ha untuk memperbaiki reaksi tanah pada banyak lahan rawa pasang surut.
- Bahan organik (kompos): 2,5–5 ton/ha untuk meningkatkan sifat fisik dan biologis tanah serta membantu penyerapan garam dan struktur pori.
- Pupuk hayati / inoculan (contoh: Biotara): aplikasi sekitar 25 kg/ha saat pengolahan tanah untuk membantu rehabilitasi mikroba tanah dan ketersediaan hara.
- Strategi pemupukan hara: sesuaikan dosis NPK dengan hasil uji tanah; utamakan pemberian dasar sebelum tanam dan pemupukan susulan pada fase kritis tanaman.
5. Praktik operasional lapang ringkas (urutan kerja)
- Survey elevasi & pasang titik kontrol; tandai lokasi pintu air dan kanal utama.
- Bangun kanal primer-sekunder-tersier; pasang flapgate pada tersier yang masuk/keluar air.
- Bentuk surjan sesuai peta lahan; tentukan lebar tegalan dan sawah sesuai tipe luapan.
- Lakukan ameliorasi (kapur + kompos + pupuk hayati) sebelum pengolahan akhir tanah dan tanam pertama.
- Tanam sesuai zona: bagian atas untuk hortikultura/palawija; bagian bawah untuk padi/komoditas tahan genangan.
- Pemeliharaan: kontrol pintu air sesuai musim/keadaan pasang surut; lakukan pencucian lahan saat perlu untuk mengurangi salinitas.
6. Pemantauan dan adaptasi
- Monitoring berkala: ukur salinitas/perubahan pH, kondisi struktur tanah, dan ketersediaan hara setiap musim tanam.
- Adaptive management: bila salinisasi meningkat, tambah frekuensi pencucian saat surut dan tingkatkan bahan organik; bila genangan berlebih, perbesar atau percepat drainase lokal.
7. Rekomendasi ringkas untuk prioritas tindakan yang diprioritaskan
- Pasang flapgate dan atur kanal untuk mengendalikan masuk/keluar air.
- Bentuk surjan untuk memungkinkan diversifikasi dan mengurangi risiko gagal panen pada bagian yang lebih tinggi.
- aplikasi amelioran (kapur, kompos, pupuk hayati) dengan dosis praktis yang tercantum untuk memperbaiki sifat tanah.
- lakukan pemantauan elevasi muka air dan salinitas sebagai dasar penyesuaian teknis lebih lanjut.
Semoga bermanfaat.
Dijawab oleh pakar, Prof. Dr. Ir. Arief Hartono, M.Sc.Agr. I Editor : Furqon Sidiq